Sabtu, 14 Januari 2017

laporan praktikum termokimia

Laporan Praktikum Termokimia

I. Judul Percobaan : Termokimia
II. Tujuan Peercobaan
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau pelepasan kalor.
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalamberbagai reaksi kimia.

III. Tinjauan Pustaka
Termokimia adalah ilmu yangmembahas hubungan antara kalor dengan reaksi kimia atau proses-proses yang berhubungan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya termokimia lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya perubahan wujud atau perubahan struktur kristal. Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu proses perlu kiranya dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan energi apa saja yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana energi tersebut berubah, bagaimana mengukur perubahan energi tersebut, serta bagaimana pula hubungannya dengan struktur zat.
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. System adalah Segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut, sedangkan lingkungan  adalah hal-hal di luar sistem yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut.
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Oleh karena itu, jumlah energi yang diperoleh oleh sistem akan sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Sebaliknya, jumlah energi yang dilepaskan oleh sistem akan sama dengan jumlah energi yang diperoleh oleh lingkungan.
Oleh karena energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, maka dalam suatu reaksi kimia, energi yang dilepaskan oleh sistem dalam bentuk kalor akan diserap oleh lingkungan. Reaksinya disebut reaksi eksoterm. Sebaliknya, dalam reaksi dimana energi diserap oleh sistem dalam bentuk kalor akan sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Reaksinya disebut reaksi endoterm.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Pada reaksi eksoterm umumnya suhu system naik. Adanya kenaikan suhu inilah yang mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini, kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya. Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu. Adanya penurunan suhu sistem inilah yang mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.
Kalor merupakan perpindahan energi yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu. Jadi, perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi. Pengkuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter adalah pengukur jumlah kalor yang dilepas atau diserap pada reaksi kimia.
Besarnya kalor yang menyebabkan perubahan suhu (kenaikan atau penurunan suhu) air yang terdapat di dalam kalorimeter dirumuskan sebagai:
                           q = m × c × ΔT

dengan,           m   = massa air dalam kalorimeter (gram)
                        c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J g Katau J g C)
                        ΔT = perubahan suhu (C atau K)

            Kalorimeter yang baik memiliki kapasitas kalor kecil. Artinya kalorimeter tersebut benar-benar sebagai sistem yang terisolasi, sehingga perubahan kalor yang terjadi dari reaksi dalam bom hanya berpengaruh terhadap perubahan suhu air atau larutan yang ada di dalam kalorimeter.
            Reaksi yang berlangsung dalam kalorimeter bom merupakan reaksi yang berlangsung pada volum konstan (∆V = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama dengan perubahan energi dalamnya.
∆U = q + w , dimana w = - P∆V
Jika ∆V = 0, maka w = 0
Perubahan energi dalam pada kalorimeter bom menjadi
                       ∆U = q

Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran, dapat dilakukan manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya pada kalorimeter stirofoam yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter jenis ini umunya dilakukan untuk mengukur kalor reaksi di mana reaksinya berlangsung dalam bentuk larutan, misalnya untuk mengukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi netralisasi asam-basa.
Pada kalorimeter yang reaksi kimianya berlangsung pada tekanan konstan (∆P = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama dengan perubahan entalpinya.
                                                           ∆H = q
           
Oleh karena dianggap tidak ada kalor yang diserap maupun dilepaskan oleh sistem ke lingkungan selama reaksi berlangsung, maka
q + q + q = q




IV. Cara Kerja
 
















2)      Penentuan Kalor Reaksi Zn – CuSO4

 








0,1 gram serbuk Zn
 
           

 








 















V. Hasil Pengamatan

Tabel Penentuan Tetapan Kalorimeter
No.
Nama Zat
Suhu  (ºC)
Suhu ( oK )
Keadaan awal
Keadaan setelah reaksi
1.

2.

3.
Air dingin 25 mL

Air panas 25 mL

Campuran air dingin dan air panas

31º

41º

36º
304o

314o

309o
-Tidak berwarna
-tidak ada endapan
-Tidak berwarna
-tidak ada endapan
-tidak berwarna
-ada endapan
-

-

-tidak berwarna
-ada endapan

Tabel Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4
No.
Nama Zat
Suhu ( ºC)
Suhu (o K )
Keadaan awal
Keadaan setelah reaksi
1.

2.

3.
CuSO4 25 mL 0,5 M

Sebuk Zn 0,5gr

Campuran 25 mL CuSO4 0,5 M dan 0,5 gram Zn

32 º



33 º
305o



306o
Warna biru bening

Bentuk serbuk warna abu-abu

-
-

-

Warna hijau tua terdapat endapan hitam

Tabel Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH
No.
Nama Zat
Suhu ( ºC)
Suhu ( oK )
Keadaan awal
Keadaan setelah reaksi
1.

2.

3.
HCl 0,5 M 25 mL

NaOH 0,5M 25mL

Campuran HCl 0,5 M 25 mL dan NaOH 0,5 M 25 mL

31º

31o

33º
304o

304o

306o
Tidak berwarna

Tidak berwarna

-
-

-

Berwarna hijau keruh,terdapat endapan

VI. Analisis Data
1.         Penentuan Tetapan Kalorimeter
Pada percobaan pertama,kami memasukkan 25 mL air dengan suhu normal kedalam kalorimeter. Kami mengukur temperaturnya (T1)yakni sebesar 31º C atau sebesar 304o K. Setelah itu kami memanaskan air sebanyak 25 mL sampai temperaturnya naik 10º C dari suhu T1 atau hingga suhu air (T2) itu mencapai 41º C atau 314 K. Selanjutnya  kami mencampurkan air yang telah dipanaskan tadi dengan air dingin yang ada dalam kalorimeter. Lalu kami aduk hingga keduanya bercampur. Kita mengukur suhu campuran (ΔT) tersebut yakni sebesar 36º C atau 309 K. Tahap berikutnya kami menghitung nilai dari kalor yang diserap oleh air dingin (q1) dengan menggunakan rumus: Q1=  mair dingin x cair x (ΔT- T1) dengan catatan massa jenis (ρ) air diangap konstan yakni 1 gr / mL dan kalor jenis (c) air sebesar 4,2 J / K. Kami akan memperoleh nilai dari Q1 sebasar 525 J. Kami juga menghitung kalor yang dilepas oleh air panas (q2) dengan menggunakan rumus : Q2 mair panas x cair x (ΔT- T2). Dan kita akan mempooleh nilai Q2 sebesar -525 J dan Q3 = jumlah dari Q1 dan Q2 sebesar -1050 J. Dengan demikian kami dapat menghitung tetapan kalorimeter dengan mengunakan rumus :
 k =     q3                      
        ΔT- T1                
Maka kita akan memperoleh tetapan kalorimeter sebesar -210 J / oK
Perhitungan
Diketahui:              mair dingin= 25mL= 25gram
                               mairpanas= 25mL=25gram
                               T1=31oC= 304 K
                               T2= 41oC= 309 K
Ditanya:                 K
Jawab:                    a. q1= mair dingin x kalor jenis air x kenaikan suhu  
                                      = 25 gram x 4,2 J/gram K x (309-304) K
                                      = 525 J
                               b. q2=  mair panas x kalor jenis air x penurunan suhu
                                      = 25 gram x 4,2 J/gram K x (309-314) K
                                      = -525 J
                               c. q3= q2-q1
                                      = -525-525
                                      = -1050 J
                               d.
                                      =
                                      = -210 J/k

2.      Penentuan Kalor Reaksi Zn – CuSO4
Dalam percobaan yang kedua kami memasukkan CuSO4 dengan konsentrasi 0,2 M sebanyak 25 mL ke dalam kalorimeter. Lalu kami mengukur suhu CuSO4 dengan menggunakan termometer sehingga diperoleh suhu CuSO4 (T3) sebesar 32º C atau 305 K. Lalu kami menimbang serbuk Zn sebanyak 0,1 gram. Kemudian kami campurkan serbuk Zn yang telah ditimbang dengan CuSO4 dalam kcalorimeter. Kami aduk hingga tercampur dan kita ukur suhu campuran itu dan kita peroleh suhu campuran (T4) sebesar 33º C atau 306oK. Dan menghitung q4 dengan mengalikan tetapan kalorimeter dengan selisih suhu antara T4 dengan T3 mendapatkan hasil -210 J. Selanjutnya dengan Reaksi :
Zn   +    CuSO4                              ZnSO4      +    Cu
 kami menghitung kalor reaksi Zn - CuSO4. Dengan cara pertama kami hitung mol zat ZnSO4 yang terbentuk setelah terjadi mereaksikan CuSO4 dengan Zn. Setelah itu kami kalikan mol ZnSO4 dengan massa molekul relatifnya, maka kami akan memperoleh massa ZnSO4 yang terbentuk. Dengan massa ZnSO4 yang terbentuk itu kami dapat menhitung  kalor yang diserap larutan ( q5 ), yakni dengan menggunakan rumus: q5 = mlarutan x clarutan x ΔT dengan memperhatikan clarutan dianggap 3,52 J / gr K. Maka kami akan memperoleh q5 sebesar 0,85 J. Lalu kita menghitung kalor yang dihasilkan sistem reaksi (q6) dengan cara menambahkan q4 dan q5, maka kami akan mendapatkan q6 sebesar -209,15 J. setelah itu kami akan menghitung kalor reaksi (ΔHr) antara Zn dan CuSO4 dengan cara membagi q6  dengan mol ZnSO4 yang terbentuk setelah reaksi. Maka akan kami peroleh kalor reaksi sebesar -139433,3 J /mol.
Perhitungan
Diketahui:              VCuSO4= 25mL= 0,025 Liter
                               mZn= 0,1 gram
                               Ar        Zn= 65,4
                               Mr ZnSO4= 161,4
                               T3= 32oC= 305 K
                               T4= 33oC= 306 K

Ditanya:                 ∆Hr
Jawab:                   
Mol Zn  = massa / Mr
              = 0,1 / 65,4
              = 0,0015 mol    

Mol CuSO4 = M x V
                    = 0,2  . 0,025                
                    = 0,005 mol

                 Zn   +    CuSO4                           ZnSO4      +    Cu
Awal      0,0015       0,005                                    -                   -
Reaksi    0,0015       0,0015                         0,0015               0,0015
Sisa           -              0,0035                         0,0015              0,0015

Massa ZnSO4 = mol x Mr ZnSO4
                       = 0,0015 x 161,4
                       = 0,2421 gram

                               a. q4= k(T4-T3)
                                      = -210J/K (306-305)K
                                      = -210 J
                               b. q5=  mlarutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu
                                      = 0,2421 gram x 3,52 J/gram K x (306-305) K
                                      = 0,85 J
                               c. q6= q5+q4
                                      = 0,85+(-210)
                                      = -209,15 J
                               d.
                                      =
                                      = -139433,3 J/mol


3.        Kalor Penetralan HCl – NaOH
Dalam percobaan yang ketiga ini pada awal percobaan kami memasukkan HCl dengan konsentrasi 0,5 M sebanyak 25 mL kedalam kalorimeter. Kami mengukur suhu HCl itu dan kami peroleh suhu (T5) sebesar 31ºC atau 304 K. Suhu HCl. Selanjutnya kami mengambil NaOH dengan konsentrasi 0,5 M sebanyak 25 mL dan mengatur suhunya agar sama dengan suhu HCl. Lalu  masukkan NaOH tersebut ke dalam kalorimeter yang di dalam telah terdapat HCl. Kami  mengaduk agar kedua larutan itu tercampur dan Kami mengukur suhu campurannya (T6) sebesar 33º C atau 306oK. Reaksi antara HCl dan NaOH adalah sebagai berikut:
 HCl     +     NaOH                          NaCl         +       H2O
Setelah itu kami menghitung kalor penetralan HCl – NaOH. Caranya adalah awalnya kami hitung mol HCl dan NaOH yang beraksi dengan cara mengalikan Molaritas dengan volume larutan,maka kami akan mengetahui mol NaCl yang terbentuk. Selanjutnya kami hitung massa NaCl yang terbentuk dengan cara mengalikan mol NaCl yang terbentuk dengan massa molekul relatif (Mr) NaCl. Kami akan mendapatkan massa NaCl sebesar 51,5 gram. Kemudian kami menghitung kalor yang diserap larutan (q7) dengan cara mengalikan massa larutan NaCl dengan kalor jenis larutan dan kenaikan suhu larutan. q7 = mlarutan x clarutan x ΔT. Maka kami memperoleh q7 sebesar 380,07 J. kemudian kami menghitung kalor yang diserap kalorimeter (q8 ) dengan cara mengalikan tetapan kalorimeter dengan perubahan suhu. q= k x (T6 – T5). Maka kami mendapatkan kalor yang diserap kalorimeter (q8) sebesar -420 J. Dengan diketahuinya  q7 dan q8 maka kami dapat menghitung kalor yang dihasilkan sistem reaksi (q9) dengan cara mnambahkan kalor yang diserap larutan (q7) dan kalor yang diserap kalorimeter (q8). Maka kami  memperoleh kalor yang dihasilkan sistem reaksi (q9) sebesar -39,93 J. Dengan demikian kami dapat menghitung kalor penetralan yang dihasilkan dalam satu mol larutan (ΔHn). Caranya yaitu dengan membagi kalor yang dihasilkan sistem reaksi (q9) dengan jumlah mol NaCl yang terbentuk. Maka kami memperoleh kalor penetralan (ΔHn) sebesar -45,375 J/mol.


Perhitungan
Diketahui:              mNaCl= 51,5 gram
                               Mol NaCl= 0,88 mol
                               Mr NaCl= 58,5
                               Massa jenis larutan 1,03 gram/ml
                               Kalor jenis larutan= 3,09 J/gram K.
                                           T6= 33oC= 306 K
                               T5= 31oC= 304 K

Ditanya:                 ∆Hn
Jawab:                    b. q7=  mlarutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu
                                      = 51,5 gram x 3,69 J/gram K x (306-304) K
                                      = 380,07 J
                               c. q8= K x (T6-T5)
                                      = -210J/K x (306-304)
                                      = -420 J
                               d. q9= q7+q8
                                                  = 380,07 J + (-420 J)
                                      = -39,93 J
                                           e.
                                      =
                                                = -45,375 J/mol

VII. Pembahasan
Pada percobaan pertama tidak terjadi reaksi karena apabila air direaksikan dengan air maka akan tetap menghasilkan molekul air (molekul yang direaksikan sama). Reaksi ini termasuk reaksi Endoterm karena sistem (air dingin) menerima kalor dari lingkungan (air panas). Dalam percobaan tidak hanya air dingin dan air panas yang terlibat, akan tetapi kalorimeter juga terlibat menyerap kalor. Kita juga mengetahui tetapan kalorimeter k= -210 J/K.
Pada percobaan kedua terjadi reaksi Zn+CuSO4 à ZnSO4+Cu. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm dimana sistem (Zn menerima kalor dari lingkungan) CuSO4. Kita juga mengetahui kalor reaksi ∆Hr= -139433,3 J/mol.
Pada percobaan ketiga terjadi reaksi HCl+NaOH à NaCl+H2O karena apabila asam klorida dan natrium hidroksida direaksikan maka menghasilkan natrium klorida dan air. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm dimana sistem (NaCl) menerima kalor dari lingkungan (HCl). Kita juga mengetahui kalor penetralan ∆Hn= - 45,375 J/mol.

VIII.  Kesimpulan
Pada ketiga percobaan yang telah kami lakukan yakni menentukan tetapan kalorimeter,  penentuan kalor penetralan HCl-NaOH, dan penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4 telah terbukti bahwa dalam setiap reaksi kimia selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Ini dapat dilihat dari terjadinya kenaikan atau penurunan suhu setelah berlangsungnya reaksi. Kalor yang dihasilkan dalam reaksi Zn – CuSO4 adalah  -139433,3 J /mol. Sedangkan kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan HCl – NaOH adalah sebesar -45,375 J/mol. Kita telah mengetahui bahwa nilai tetapan kalorimeter adalah -210 J / oK.



IX.             Daftar Pustaka

·         Tim Kimia Dasar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia FMIPA UNESA. Surabaya. Halaman 17.
·         Chang, Raymond. 2005.  Kimia Dasar. Jilid I. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Halaman 169.
·         http://id.wikipedia.org/wiki/termo (tgl akses : 23 Oktober 2011; pukul: 16.23)





Lampiran

Gambar Hasil Percobaan :

Penentuan Tetapan Kalorimeter
Foto001
Gambar 1. Mendidihkan air sebanyak 25 mL
 sampai temperaturnya naik 10º C
Gambar 2. Mencampur air yang telah dipanaskan tadi
dengan air dingin yang ada dalam kalorimeter dan mengukur suhu maksimal
Foto003
Gambar 3. Hasil perobaan pertama yaitu setelah suhu diukur dalam kalorimeter






Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4

Foto006
Gambar 4. Mengambil larutan CuSO4 0,2 M sebanyak 25 mL

Gambar 5. mencampurkan CuSO4 tersebut ke dalam kalorimeter dengan serbuk Zn

Foto008
Gambar 6. Hasil percobaan antara serbuk Zn dan larutan CuSO4



      Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH

Foto003
Gambar 7. Mengukur larutan NaOH 0,5M sebanyak 25 ml dan mengukur HCl 0,5M juga sebanyak 25ml.

Gambar 8. mencampur NaOH tersebut ke dalam kalorimeter yang di dalam telah terdapat HCl

Foto009

Gambar 9. Hasil percobaan antara laruran HCl dan larutan NaOH