Jumat, 29 April 2016

Alginat Kimia Industri


PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN ALGINAT
DALAM BIDANG PANGAN







Oleh :

Andrias Setiawan Susanto                NIM : 132 142 5007
Dian Lisnawati                                   NIM: 132 142 0009
Kristina Mustamanah                       NIM: 132 142 0011



Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Institut Teknologi Indonesia
2016

BAB I

1.      PENDAHULUAN
Alginat merupakan salah satu jenis hidrokoloid, yaitu suatu sistem koloid oleh polimer organik di dalam air (Hoefler, 2004). Asam alginat adalah suatu polisacharida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic acid/guluronic acid antara 0,3–2,35. Alginat dapat diekstraksi dari rumput laut coklat seperti Sargassum sp. dan Turbi naria sp.  yang potensinya di Indonesia cukup besar, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Alginat alami memiliki berbagai kelemahan sehingga penggunaannya dalam industri menjadi terbatas. Beberapa kelemahan alginat alami berhasil diatasi dengan memodifikasi alginat, baik dengan memodifikasi strukturnya maupun interaksinya dengan bahan lain. Sifat kelarutan alginat dan stabilitasnya yang rendah terhadap asam berhasil diatasi dengan proses esterifikasi propilen glikol menghasilkan propilen glikol alginat (PGA). Sineresis gel alginat yang tinggi berhasil diatasi dengan hidrolisis sebagian yang menghasilkan polimer alginat berantai pendek, mengintroduksikan rantai pendek poliguluronat serta dengan interaksi alginat dan bahan lain seperti locust bean gum (LBG). Sifat hidrofilik alginat dapat diubah menjadi ampifilik dengan substitusi rantai alkil panjang. Kemampuan alginat dalam memacu pertumbuhan bakteri probiotik dapat dilakukan dengan hidrolisis alginat secara enzimatik dengan alginat lyase menghasilkan alginat oligosakarida (AOS). Modifikasi alginat telah membuka peluang yang lebih besar bagi pemanfaatan alginat dan produk turunannya baik dalam bidang pangan dan non pangan.
Alginat telah lama dimanfaatkan, baik dalam bidang pangan maupun non pangan. Dalam bidang pangan, alginat banyak digunakan sebagai penstabil emulsi pada es krim, pensuspensi pada susu coklat, pengatur viskositas pada yoghurt, dan lain-lain. Dalam bidang non pangan, alginat banyak digunakan sebagai pengental pada textile  printing, pengatur keseragaman dan kehalusan permukaan kertas, pengontrol penetrasi dan stabilitas lem yang terbuat dari pati maupun latex, dan pengatur pelepasan lambat bahan kimia pada pupuk dan obat- obatan (Mc. Hugh, 2008).
Sifat fungsional alginat alami sering mempunyai kelemahan seperti kelarutan yang rendah, stabilitas larutan yang tidak stabil, pembentukan gel yang tidak diinginkan pada produk-produk yang viskous, viskositas rendah serta kekurangan lainnya yang  menyebabkan keterbatasan dalam penggunaannya (Draget et al.,1991; Anon., 2008). Alginat merupakan polimer yang tersusun oleh asam manuronat dan guluronat  dengan  proporsi  yang  berbeda-beda tergantung jenis rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku, umur, maupun lokasi rumput laut tumbuh   (Draget et al., 2005).
Alginat adalah polisakarida alam yang umumnya terdapat pada dinding sel dari spesi ganggang coklat (Phaeophyceae). Istilah alginat biasa digunakan untuk garam dari asam alginat, tapi bisa juga berarti turunan asam alginat dan asam alginat itu sendiri. Asam alginat tidak larut dalam air, sehingga yang sering digunakan pada industri adalah natrium alginat yang larut dalam air (Donati et al., 2004).
Alginat merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae) yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan natrium karbonat. Proses ini untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk garam kalsium atau asam alginat.  Selain itu, produk sampingan terpenting proses pemisahan Algin adalah propilen glikol alginat.
 Algin yang memiliki mutu food grade harus bebas dari selulosa serta warnanya sudah dilunturkan.  Fungsi algin dalam industri pangan dianggap cukup penting, sebagai salah satu alternatif bahan tambahan makanan yang halal.  Fungsi algin pada prinsipnya dapat menggantikan gelatin atau lemak hewan yang berfungsi sebagai stabilizer-emulsifier dan pengental penstabil emulsi.



BAB II
2.    ALGINAT
Menurut Winarno (2008), alginat merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang. Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Oleh karena alginat merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi, maka mudah sekali menyerap air. Karena alasan tersebut, maka alginat baik sekali fungsinya sebagai bahan pengental. Alginat dapat diekstrak dari alginophyte, yaitu dari phaeophyceae yang menghasilkan alginat, antara lain Macrocystis, E
 2.1      Komponen Alginat
            Menurut Winarno (2008), alginat merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang. Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Oleh karena alginat merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi, maka mudah sekali menyerap air. Karena alasan tersebut, maka alginat baik sekali fungsinya sebagai bahan pengental. Alginat dapat diekstrak dari alginophyte, yaitu dari phaeophyceae yang menghasilkan alginat, antara lain Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lessonia, dan Sargassum.
Menurut Food Chemical Codex (1981) diacu dalam Yunizal (2004), rumus molekul dari asam alginat adalah (C6H706Na)n. Garam natrium dari asam alginat berwarna putih samai kekuningan, berbentuk tepung atau serat, hampir tidak berbau dan berasa, larut dalam air dan mengental (larutan koloid), tidak larut dalam larutan hidrokoloid dengan kandungan alkohol lebih dari 20%, dan tidak larut dalam kloroform, eter, dan asam dengan pH kurang dari 3. Standar mutu internasional untuk asam alginat dan garam alginat sesuai dengan Food Chemical Codex (1981) diacu dalam Yunizal (2004) dapat dilihat pada   Tabel 1.
Tabel 1. Standar mutu asam alginat dan garam alginat
Karakteristik
Asam alginate
Garam alginate
Kemurnian (% berat kering)
91-104%
90.8-106%
Rendemen
>20%
>18%
Kadar CO2
<23%
<21%
Kadar As
<3 ppm
<3 ppm
Kadar Pb
<0.004%
<0.004%
Kadar Abu
<4%
18-27%
Susut pengeringan
<15%
<15%
       Sumber : Food Chemical Codex (1981) diacu dalam (2004)

2.2    Struktur Kimia Alginat
Ada dua jenis monomer penyusun alginat, yaitu β-D-Mannopyranosil Uronat dan α-L-Asam Gulopyranosyl Uronat. Dari kedua jenis monomer tersebut, alginat dapat berupa homopolimer yang terdiri dari monomer sejenis, yaitu β-D-Mannopyranosil Uronat saja atau α-L-Asam Gulopyranosyl Uronat saja; atau alginat dapat juga berupa senyawa heteropolimer jika monomer penyusunnya adalah gabungan kedua jenis monomer tersebut.
Secara kimia, alginat merupakan polisakarida yang tersusun oleh dua jenis asam uronat. Unit monomer alginat terdiri dari asam guluronat (G) dan manuronat (M) yang tersusun dalam tiga jenis pengelompokan yaitu kelompok yang terdiri dari residu manuronat dan guluronat yang berselang-seling (MGMG-MGM.....), kelompok asam guluronat (GGGGGG...) dan kelompok asam manuronat (MMM-MMM....). Menurut Ramsden (2004), asam manuronat dan guluronat dalam rantai alginat bisa ditemukan berselang-seling, tetapi umumnya membentuk struktur kelompok kopolimer dengan kelompok yang hanya mengandung asam guluronat dan kelompok lain mengandung asam manuronat.
Pada rantai ujung biasanya tersusun oleh bidang manuronat atau guluronat murni dengan beberapa kelompok yang bercampur. Struktur asam guluronat berbeda dengan asam mannuronat. Residu asam mannuronat mempunyai ikatan C 1,4 di-axial sehingga struktur pita dari polimer ini melengkung, berlawanan dengan bentuk merata dari  asam  mannuronat. Struktur ini stabil dengan adanya ikatan H antara gugus OH pada atom C2 dari residu yang   satu dengan gugus COO- dari residu tetangganya (Anonim, 2005).
Dalam bidang makanan, sifat kekentalan alginat dapat digunakan dalam pembuatan saus serta sirup, sebagai penstabil dalam pembuatan es krim (McHugh, 2003). Film kalsium alginat juga digunakan sebagai pembungkus ikan, buah, daging dan makanan lain untuk pengawetan (McCormick, 2001) dan merupakan pengepak alternatif karena mudah terurai oleh mikroorganisme sehingga bersifat ramah lingkungan (Stading, 2003).


 












Gambar 2.1. Struktur Alginat
Film pelapis kalsium alginat dapat digunakan untuk membantu mengawetkan ikan beku. Jika ikan dibekukan dengan jelli kalsium alginat maka ikan dilindungi dari udara sehingga proses oksidasi dihambat. Dalam bidang farmasi, alginate dapat digunakan sebagai pembalut luka yang     dapat menyembuhkan luka karena dapat mengabsorpsi cairan dari luka, dimana kalsium alginat dalam serat diubah oleh cairan tubuh menjadi natrium alginat yang larut (McHugh, 2003).


2.3     Sifat Fisika dan Kimia Alginat

Menurut Rahadian (2009), faktor--faktor fisika yang mempegaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi dan ukuran polimer. Karakeristik fisik garam alginat yaitu berupa tepung atau serat, berwarna putih sampai dengan kekuningan, hampir tidak berbau, dan berasa. Sedangkan faktor-faktor kimia yang berpengaruh adalah pH dan adanya pengikat logam, serta garam monovalen dan kation polivalen.
Asam alginat tidak larut dalam air dingin, namun sedikit larut dalam air panas, larut dalam alkohol, eter dan gliserol. Garam-garam (K, Na, NH4+, dn Ca2-) dan p   ropilen glikol alginat larut dalam air dingin maupun panas, tapi garam kalsiumnya tidak dapat larut dalam kondisi pH>7. Larutan garam alginat yang larut dalam air akan membentuk gel pada larutan asam atau karena adanya ion kalsium dan kation logam plovalen lainnya (Rahardian 2009).
Viskositas larutan alginat menurun dengan meningkatnya suhu. Pengaruh pH 4-10 terhadap viskositas sangatlah kecil. Pada selang pH 5-10 larutan alginat stabil pada suhu kamar untuk jangka waktu yang lama. Jika dalam larutan terdapat sejumlah kecil ion Ca2+ atau ion-ion logam lain yang bervalensi dua atau tiga, maka alginat dapat membentuk gel pada suhu kamar, atau tanpa ion-ion tersebut pada pH ≤ 3 dapat membentuk gel pada suhu kamar. Viskositas paling stabil pada pH ± 7. Pada pH di bawah 4 viskositas cenderung meningkat. Berdasarkan penjelasan menurut Komogawa Cheical industri Co., Ltd., Jepang, viskositas Na alginat dikelompokkan kedalam lima kelompok, yaitu ekstra tinggi 100 cps, tinggi 500 cps, medium 300 cps, ekstra rendah 20-30 cps. Pengukuran dilakukan terhadap 1% larutan alginat pada suhu 20oC. Pada umumnya alginat dari Sargassum dan Turbinaria mempunyai viskositas rendah, tapi dapat membentuk gel yang bagus (Rahardian 2009).
Pada konsentrasi tertentu larutan alginat akan menjadi gel bila asam atau     logam-logam polivalen ditambahkan pada natrium, kalium atau amonium alginat. Kemampuan alginat membentuk gel secara reaksi dengan garam kalsium merupakan sifat yang penting. Biasanya sebagai sumber kalsium adalah kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan kalsium klorida. Larutan natrium alginat 1-12 % akan menjadi keras seperti gel oleh penambahan kalsium atau ion-ion bervalensi 2(Ba2+, Pb2+, dan Sr2+). Semakin tinggi konsentrasi alginat dan derajat polimerisasinya, semakin kuat gel yang terbentuk. Kekuatan gel dapat dikontrol atau diatur sehingga dapat dihasilkan gel yang lunak atau lembut, yang elastis, yang keras ataupun yang kaku (Rahardian 2009).

2.4     Pemanfaatan Alginat
Pemanfaatan alginat didasarkan pada tiga sifat utamanya yaitu yang pertama kemampuannya dalam menaikkan viskositas larutan apabila alginat dilarutkan dalam air. Kedua adalah kemampuan alginat untuk membentuk gel, gel akan terbentuk jika pada larutan natrium alginat ditambahkan garam Ca. Gel terbentuk karena adanya reaksi kimia, pada proses tersebut Ca akan menggantikan posisi natrium dari alginat dan mengikat molekul alginat yang panjang. Proses ini tidak memerlukan panas dan gel yang terbentuk tidak akan meleleh jika dipanaskan. Berbeda dengan gel agar yang memerlukan pemanasan untuk pembentukan gelnya, sehingga air harus dipanaskan sampai suhu 80oC untuk membentuk swelling/ gelatinisasi agar dan gel terbentuk pada suhu di bawah 40oC. Sifat ketiga dari alginat adalah kemampuannya untuk membentuk film dari natrium atau kalsium alginat dan fiber dari kalsium alginat (Anon., 2007).
Alginat paling banyak digunakan dalam industri tekstil yaitu sekitar 50%, industri pangan 30%, industri kertas 6%, welding rods 5%, farmasi 5%, dan lain-lainnya 4% (Mc. Hugh, 2008). Pada industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pada textile printing. Dengan penambahan alginat maka kekentalan bahan pewarna akan lebih baik sehingga menghasilkan kualitas textile printing yang lebih baik yaitu warna yang tajam dan bentuk gambar atau garis yang lebih halus.
        Pada industri pangan, alginat digunakan sebagai pengental, pembentuk gel, stabilizer, pembentuk bodi, bahan pengemulsi dan pensuspensi. Sebagai pengental dan pengemulsi, alginat digunakan dalam pembuatan susu kental manis serta topping untuk es krim. Dalam produk es krim, alginat digunakan sebagai stabilizer menggantikan pati dan karaginan. Di samping mencegah es krim agar tidak mudah meleleh, natrium alginat juga tidak membentuk kristal es dan membuat produk menjadi lebih lembut dan enak. Alginat juga dapat diaplikasikan untuk minuman campuran seperti es loli, es jus buah, dan sebagainya. Jika alginat ditambahkan pada produk keju, produk tersebut tidak akan lengket dengan pembungkusnya. Lebih lanjut natrium alginat dapat menjaga produk tetap baik selama proses penyimpanan dan distribusi pemasaran (Velez et al., 2003; Draget et al., 2005; Anon., 2007).
        Alginat juga digunakan dalam produk jeli untuk pencuci mulut. Jeli dibuat dari campuran alginat-kalsium dan sering disebut sebagai jeli instan karena pembuatannya yang mudah dan sederhana yaitu hanya dengan mencampurkan serbuk jeli dengan air atau susu tanpa pemanasan (Anon., 2007). Selain itu alginat digunakan dalam menstabilkan emulsi seperti pada minuman emulsi (Paraskevopoulou et al., 2005). Alginat juga banyak digunakan sebagai bahan pada proses imobilisasi enzim atau sel serta pembentukan bahan biocompatible (Jork et al., 2000; Pelletier et al., 2000; Eroğlu et al., 2006; Yabur et al., 2007).
        Penggunaan lain alginat adalah pada produk makanan yang direstrukturisasi atau dibentuk kembali. Contoh produk restrukturisasi adalah daging yang dibuat dengan cara menyatukan serpihan daging dan dibentuk kembali menjadi seperti potongan daging dengan pengikat atau binder berupa serbuk natrium alginat, kalsium karbonat, asam laktat, dan kalsium laktat. Produk yang dihasilkan dapat berupa nugget, roast meat loaf, dan steak.
        Ketika alginat dicampur dengan daging, alginat tersebut akan membentuk gel dan mengikat serpihan-serpihan daging tersebut menjadi satu. Dalam produk ini, alginat yang ditambahkan biasanya lebih dari 1%. Prinsip yang sama dapat diterapkan untuk pembuatan daging udang sintetis dengan menggunakan alginat, protein seperti konsentrat protein kedelai dan flavor. Untuk pembuatan produk restrukturisasi fillet ikan digunakan daging ikan cincang dan gel kalsium alginat (Anon., 2007).
Kegunaan alginat dan kemampuannya mengikat air bergantung  pada jumlah ion karboksilat, berat molekul dan pH. Kemampuan mengikat air meningkat bila jumlah ion karboksilat semakin banyak dan jumlah residu kalsium alginat  kurang  dari  500,  sedangkan  pada  pH  dibawah  3  terjadi   pengendapan. Secara umum, alginat dapat mengabsorpsi air dan dapat digunakan sebagai pengemulsi dengan viskositas yang rendah.
Alginat tidak stabil terhadap panas, oksigen, ion logam dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, alginat akan mengalami degradasi.  Selama penyimpanan alginat cepat mengalami degradasi dengan adanya oksigen terutama dengan naiknya kelembaban udara .Alginat komersial mudah terdegradasi oleh mikroorganisme yang terdapat diudara, karena bahan tersebut mengandung partikel alga dan zat bernitrogen.Semua larutan alginate akan mengalami depolimerisasi dengan kenaikan suhu (Zhanjiang, 1990).
Natrium alginat adalah bubuk berwarna krem, larut dalam air dengan membentuk larutan koloid, kental, tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter dan larutan asam jika pH dibawah 3 (Anonimous, 1976). Propilen glikol alginat menunjukkan stabilitas yang sangat baik dalam larutan asam dan khususnya efektif pada batasan pH 2,5 – 4. Kondisi alkali harus dihindari karena efek pelindung dari gugus ester akan hilang secara cepat disebabkan terjadinya saponifikasi (ISP, 2001).
Garam basa organik dari alginat dapat mempengaruhi kelarutan asam alginat dalam pelarut organik. Sebagai contoh, tributiamin, feniltrimetilamonium dan benziltrimetilamonium alginat larut dalam etanol absolut sedangkan trietanolamin alginat larut dalam etanol 75 %. Senyawa amonium  kuartener dengan hidrokarbon seperti asetil trimetil amonium bromida bereaksi dengan asam alginat membentuk endapan asetil trimetil amonium alginat (Muzzarelli, 1973).
Fungsi utama alginat adalah sebagai gelling agent dengan adanya  ion kation khususnya kalsium ( Wandrey, 2005). Ketika 2 blok G tersusun paralel, terbentuknya pola rantai seperti dengan lubang yang sangat ideal sebagai tempat pengikatan kalsium. Sifat pengental alginat berguna dalam pembuatan saus, sirup serta es krim. Melalui penambahan alginat , produk es menjadi tidak lengket sehingga dapat dibungkus dengan plastik.
Alginat meningkatkan tekstur dan kemilau dari yoghurt sekaligus menstabilkan protein susu pada kondisi asam. Minuman buah yang ditambahkan natrium alginat atau PGA untuk mencegah sedimentasi. Alginat juga bertindak sebagai stabilisator dalam es krim dimana penambahan alginat mengurangi pembentukan kristal es selama freezing sehingga produk menjadi lembut.Selain itu alginat mengurangi laju pelelehan es krim (McHugh,2003).
Sebagai pembungkus yang dapat dimakan, alginat berperan sebagai komponen diet seperti serat karena hanya meningkatkan volume usus, tidak diabsorbsi dalam saluran pencernaan, berkalori rendah dan tidak berpotensi untuk merusak (Cancela, 2003). Film pelapis kalsium alginat dapat digunakan untuk membantu mengawetkan ikan beku. Jika ikan dibekukan dengan jelli kalsium alginat maka ikan dilindungi dari udara sehingga proses oksidasi dihambat. Jika jelli mencair bersama ikan, dengan mudah dapat dipisahkan. Potongan daging yang dibungkus dengan film kalsium alginat sebelum dibekukan menyebabkan juice daging akan diabsorbsi kembali kedalam daging selama proses pencairan, sehingga pembungkusan dapat melindungi daging dari kontaminasi bakteri  (McHugh, 2003).
Algin merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi.  Kondisi ini memberikan implikasi pada algin, yakni  mudah menyerap air. Inilah alasan  yang  memungkinkan algin dijadikan sebagai bahan pengental.  Di samping proses pengentalan larutan itu sendiri, algin juga dapat meningkatkan daya suspensi larutan tersebut (stabilisator).
Pada sistem yang lain, algin -- yang memiliki produk sampingan propilen glikol alginat --  memiliki gugus hidrolik dan lipofilik.  Keadaan ini memungkinkan algin berfungsi sebagai pengemulsi yang asli dengan sifat pengental yang kuat. Dengan sifat-sifat di atas, algin digunakan dalam industri makanan pada produk:

a.                  Susu (es krim). Dalam hal ini, algin berfungsi  sebagai stabilisator yang dapat menjaga keutuhan es krim dan membuahkan tekstur yang halus. Selain itu mencegah timbulnya kristal es yang besar dalam produk yang  dihasilkan – sesuatu yang sangat dihindari dalam pembuatan es krim. Algin juga digunakan sebagai stabilisator pada produk susu lainnya, seperti  susu es (ice milk), milk shake mixes dan sherbets,  yoghurt, roti dan kue. Karena sifatnya yang baik dalam menahan  air (water holding capacity), algin dapat mengatasi cepat mengeringnya produk pada keadaan udara berkelengasan rendah.  Algin dipergunakan pada roti dan kue dalam cake filling dan toppings, bakery jellies, pie filling dan lain sebagainya.
b.                  Bumbu salad. Propylen glikol alginat yang terdapat pada algin memiliki sifat selain sebagai pengemulsi, juga sebagai bahan pengental.  Karena itu, algin  sangat tepat jika ditambahkan dalam produk french dressing.  Adanya algin pada produk tersebut akan membuat bumbu salad menjadi tahan lama dan tidak pecah, baik disimpan pada suhu tinggi maupun suhu rendah.
c.                   Permen agar-agar.  Algin mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menahan air yang baik.   Penggunaan algin dalam pembuatan permen agar-agar  menjadikan permen bersifat bening dan tahan lama serta memiliki tekstur yang empuk sampai saat pengunyahan.
d.                  Produk kalengan.  Produk pangan yang dikalengkan, biasanya mengandung cairan.  Penambahan algin mengganti sebagian besar pati pada produk pangan kaleng untuk mengurangi waktu proses pemanasan.  Pengurangan waktu proses pemanasan ini berkaitan dengan adanya ion kalsium pada algin.  Saat terjadi pemanasan, ion kalsium terhambat.  Akibatnya, larutan memiliki viskositas yang rendah.  Setelah proses pemanasan-sterilisasi selesai dan suhu diturunkan, ion kalsium bereaksi dengan algin yang menyebabkan viskositas meningkat hingga mencapai kondisi yang diinginkan.
e.                  Karena memiliki kandungan kalori yang rendah (1,4 kkal/gram) algin juga digunakan pada produk pelangsing tubuh (dietetic foods).  Selain cocok untuk  produk pangan, algin juga dapat digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika.  Sebagai contoh untuk bahan suspensi, stabilisator dalam pembuatan salep dan sebagai pengikat (binder) dalam pembuatan tablet.

Tabel 2.  Beberapa  aplikasi  alginat dalam produk makanan

(Sumber : Wandrey ,2005)
Sifat
Produk
Makanan
Mengikat air
Makanan Beku
Mempertahankan tekstur

Pengisi Pastry
Menghasilkan produk dan tekstur yang lembut

Sirup
Mencegah Pengendapan

Pelapis Kue
Meniadakan rasa lengket
Membentuk Gel
Puding
Mempertahankan bentuk tekstur

Pengisi Pie
Meningkatkan rasa makanan

Dessert Gel
Menghasilkan produk yang transparan dan cepat membentuk gel



Mengemulsikan
Salad dreesing
Mengemulsi dan menstabilkan

Saus
Mengemulsi minyak dan Mencegah pengendapan



Menstabilkan
Bir
Mempertahankan busa bir

Jus
Menstabilkan larutan

Sirup
Menghasilkan sirup yang homogen

Saus
Mengentalkan dan menstabilkan


2.5       Berbagai Kelemahan Alginat Dan Keterbatasan Dalam Penggunaannya

            Salah satu contoh kelemahan alginat yang menyebabkan terbatasnya penggunaan bahan tersebut adalah sifatnya yang mudah mengendap, khususnya alginat yang mempunyai kandungan poliguluronat tinggi serta berada pada media asam. Alginat umumnya mengendap pada pH di bawah 4. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan penggunaannya sehingga tidak dapat digunakan sebagai penstabil emulsi pada produk-produk yang ber-pH rendah seperti salad dressing, yoghurt, atau penjernih pada bir (Anon., 2008).
            Contoh lain kelemahan alginat adalah sineresis atau keluarnya air dari gel selama penyimpanan yang cukup tinggi sehingga menurunkan mutu gel yang dihasilkan. Produk gel yang dikehendaki adalah gel yang stabil dan nilai sineresisnya rendah sehingga gel tetap utuh selama penyimpanan (Draget et al.,2001; Subaryono, 2009). Kemampuan alginat alami dalam menyerap air juga terbatas sesuai sifat aslinya sehingga pemanfaatan sebagai bahan untuk membuat serat filamen super absorbent juga terbatas. Dengan modifikasi beberapa kelemahan tersebut dapat diatasi (Kim et al., 2000).
            Alginat alami juga mempunyai keterbatasan dalam hal sifatnya yang hidrofilik dan sulit untuk berasosiasi dengan material yang bersifat hidrofobik, sehingga kemampuannya sebagai bahan pengatur pelepasan lambat terhadap obat-obatan menjadi terbatas pada bahan-bahan yang bersifat larut dalam air saja dan tidak dapat dilakukan pada bahan obat yang tidak larut air (Broderick et al., 2006).
            Pemanfaatan alginat sebagai bahan prebiotik yang merupakan substrat bagi mikroba untuk menghasilkan asam lemak rantai pendek juga tidak mudah dilakukan karena polimernya yang panjang, sehingga kurang sesuai bagi bakteri probiotik seperti bifidobakteria dan laktobasilus. Prebiotik merupakan kelompok oligosakarida seperti rafinosa, stakhios, frukto-oligosakarida, inulin, dan beberapa peptide protein yang tidak mudah dicerna sehingga mampu mencapai usus halus. Prebiotik merupakan nutrisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri probiotik sehingga mampu meningkatkan populasi bakteri baik dan menekan pertumbuhan bakteri jahat dalam usus (Akiyama & Endo, 1992; Wang et al., 2006).

2.6       Pembuatan Alginat

a.                  Pembersihan
Sebelum diolah rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir,batu karang dll.Pencucian dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke rumput laut. Direndam selama 24 jam dengan air bersih, hingga lunak.







b.                  Perendaman
Tahapan selanjutnya rumput laut dapat digunakan sebagai bahan baku alginate. Untuk menghilangkan kotoran yang larut dalam alkali, rumput laut direndam dalam larutan HCL 0.1 - 0.5% Tujuan perendaman dalam air untuk mengembalikan kondisi rumput laut seperti pada kondisi awal / segar, lunak sehingga mempermudah proses ekstraksi serta melarutkan zat yang terkandung dalam rumput laut seperti laminari, manitol,zat warna serta garam garam lain. Selain itu untuk menghilangkan ion yang menyebabkan alginat tidak larut




c.                   Ekstraksi/perebusan
Ekstraksi alginat dari rumput laut coklat dilakukan dengan cara perebusan dalam larutan basa seperti larutan Na2CO3 atau NaOH. Selama ekstraksi berlangsung, pH larutan harus dipertahankan antara 9,6 sampai 11. Apabila pH perebusan rendah maka proses ekstraksi berjalan lambat, sedangkan apabila pH perebusan lebih besar akan terjadi degradasi alginat (Percival 1970 dalam Yunizal 2004).
Konsentrasi Na2CO3 yang digunakan untuk ekstraksi rumput laut coklat tidak boleh melebihi 2 % karena akan terjadi degradasi dari asam alginat. Konsentrasi larutan Na2CO3 yang lebih tinggi (3-5 %) dapat menyebabkan penurunan rendemen dan viskositas natrium alginat yang dihasilkan (Chou dan Chiang 1976 dalam Yunizal 2004). Ekstraksi alginat menggunakan larutan Na2CO3 dengan konsentrasi rendah menyebabkan sebagian besar alginate berbobot molekul rendah terekstrak sehingga viskositas natrium alginat yang dihasilkan rendah. Peningkatan Na2CO3 sampai batas tertentu (2 %) akan meningkatkan viskositas natrium alginat karena banyak alginat berbobot molekul tinggi yang akan terekstrak (Yunizal 2004).
Pemanasan dibutuhkan untuk mempermudah ekstraksi dan melarutkan alginat berbobot molekul tinggi. Pemanasan yang relatif lama akan mendegradasi polimer alginat, namun penggunaan suhu yang rendah menyebabkan ekstraksi berjalan lambat (Chou dan Chiang 1976 dalam Yunizal 2004). Natrium alginate untuk mendapatkan viskositas dan bobot molekul yang tinggi diperlukan konsentrasi Na2CO3 dan suhu ekstraksi yang optimal.




d.                  Penyaringan
Ekstraksi alginat akan membentuk bubur rumput laut, yang akan dipisahkan antara filtrat alginat dari selulosa dengan menggunakan hydroulic press dan beberapa jenis saringan seperti kain saring yang cukup tebal, penyaring vibrator atau dengan saringan berukuran sangat halus yang berukuran 150 mesh (Yunizal 2004).





e.                  Pemutihan/Pemucatan
Rumput laut coklat memiliki zat warna karotenoid (karoten dan fukosantin) yang tidak larut dalam air, sehingga tidak dapat dihilangkan pada proses perendaman dan ekstraksi. Karotenoid memiliki gugus kromofor atau gugus membawa warna, antara lain gugus benzena dan sejumlah ikatan rangkap, yang dapat berkonjugasi dan sangat labil karena mudah teroksidasi.
Natrium hipoklorit (NaOCl) bersama-sama dengan Na2CO3 merupakan pengoksidasi yang kuat yang akan mengoksidasi gugus kromofor tersebut. Gugus kromofor yang telah teroksidasi akan kehilangan fungsi penyerapan cahayanya, sehingga tidak memberikan warna yang tampak atau kehilangan warnanya. Semakin tinggi konsentrasi NaOCl (sampai batas tertentu) maka kerusakan kromofor semakin besar, sehingga derajat putih alginat semakin baik (Yunizal 2004).
.



f.                    Pengendapan asam alginate
Pengendapan asam alginat dapat dilakukan dengan metode Stanford
dengan menambahkan asam klorida atau asam sulfat. Penggunaan HCl 5 % untuk
mengendapkan asam alginat dapat dipilih sebagai perlakuan terbaik, karena
menghasilkan natrium alginat dengan viskositas tinggi, kadar abu yang sesuai

standar mutu, kadar air rendah, derajat putih cukup besar tetapi rendemen rendah (Yunizal 2004).

g.                  Pengendapan Natrium alginate
Untuk membentuk natrium alginat, asam alginat yang telah terbentuk ditambahkan dengan larutan alkali yang mengandung ion Na+ seperti NaOH dan Na2CO3. Tujuan dari pembentukan natrium alginat adalah mendapatkan alginate dalam bentuk yang stabil. Pertukaran ion H+ dengan ion Na+ berjalan lambat. Proses penetralan homogen ini tidak mudah karena tergantung bagaimana alkali dapat melakukan penetrasi terhadap partikel asam alginat dengan baik
(McHugh 1987)





h.                  Penarikan natrium alginat
Penarikan natrium alginat yang berasal dari larutan natrium alginat yang telah terbentuk dapat dilakukan dengan menggunakan alkohol. Alkohol yang  biasanya digunakan adalah metanol atau isopropanol. Natrium alginat akan mengendap pada konsentrasi alkohol lebih kecil dari 30 %. Penggunaan etanol atau isopropanol pada konsentrasi di atas 30 % menyebabkan pengendapan natrium alginat yang sempurna. Pengendapan natrium alginat ini telah sempurna dengan menggunakan etanol ataupun isopropanol pada konsentrasi 40 % (Yunizal 1999).
i.                    Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mengeringkan natrium alginat ke dalam oven suhu 45-50 oC sampai berat kering natrium alginat stabil. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi kandungan air dalam bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Dengan berkurangnya kadar air berarti volume bahan lebih kecil, sehingga memudahkan penyimpanan dan dapat disimpan lebih lama (Marliyati et al. 1992).





BAB III.

KESIMPULAN
Pada industri pangan, alginat digunakan sebagai pengental, pembentuk gel, stabilizer, pembentuk bodi, bahan pengemulsi dan pensuspensi. Sebagai pengental dan pengemulsi, alginat digunakan dalam pembuatan susu kental manis serta topping untuk es krim. Dalam produk es krim, alginat digunakan sebagai stabilizer menggantikan pati dan karaginan.

Di samping mencegah es krim agar tidak mudah meleleh, natrium alginat juga tidak membentuk kristal es dan membuat produk menjadi lebih lembut dan enak. Alginat juga dapat diaplikasikan untuk minuman campuran seperti es loli, es jus buah, dan sebagainya. Jika alginat ditambahkan pada produk keju, produk tersebut tidak akan lengket dengan pembungkusnya. Lebih lanjut natrium alginat dapat menjaga produk tetap baik selama proses penyimpanan dan distribusi pemasaran.

Tahap-tahap pembuatan Alginat :
1.      Pembersihan
2.      Perendaman
3.      Ekstrasi
4.      Penyaringan
5.      Pemutihan/pemucatan
6.      Pengendapan Asam Alginate
7.      Pengendapan Natrium Alginate
8.      Penarikan Natrium Alginate
9.      Pengeringan




DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Training manual on gracilaria culture and seaweed processing in china. FAO Corporate Document Repository. www.fao.org/docrep/field/003/ AB730E/AB730E00. Accessed on November 23, 2008.
Draget, K.I., Østgaard, K., and Smidsrød, O. 1991. Homogenous alginate gels: A technical approach. Carbohydrate  Polymers  14: 159–178

Hoefler, A.C. 2004. Hydrocolloids. Eagan Press st. Pane.
Minnesota. USA 111 pp.

Mc. Hugh, D.J. 2008.  Production, properties  and  uses of alginates in production  and  utilization  of products from commercial seaweeds. FAO Corporate Document Repository. http://www.fao.org/ docrep/006/ y4765e08.htm. 45 pp. Diakses pada tanggal.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut.Suatu Pendekatan ekologis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 459 hal.

Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengelolaan Alga Laut. Pustaka Sinar harapan.
Jakarta. 112 hal.

Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1978. Introduction to the Algae. Prenticell. Inc. Engelwood Cliff. New Jersey. 710 hal.





Anonim, 2007. CO2 Removal by seaweed. Ministry of Maritime affairs and Fisheries. Koren Institute of Marine Sci & Tech. Promotion Pusat National University. 5 hal

1 komentar:

JONNY ARIYANTO mengatakan...

Mbak bisa minta nomer wa... saya mau berkonsultasi tentang pembuatan karaginan wa saya 081296635694.. matursuwon